Ditulis oleh Edy Rachmad
Selasa, 17 November 2009 10:44
Tahun depan, Amru Daulay, Bupati Mandailing Natal akan menyerahkan jabatannya kepada penggantinya yang tentunya akan diketahui sesudah pemilihan kepala daerah nantinya. Dalam beberapa kali pertemuan, saya melihat kegalauan hati beliau karena khawatir akan tidak berkesinambungannya pembangunan Kabupaten Mandailing Natal dari apa yang sudah dilaksanakannya selama ini.
Saya memahami kegalauan hati tersebut karena memang selama ini beliaulah satu-satunya yang menjadi bupati, setidak-tidaknya menjadi satu-satunya bupati definitif selama usia Kabupaten Mandailing Natal.
Oleh karena itu, dapat dikatakan Amru Daulay adalah orang yang merintis, membuat dasar, dan membangun fondasi pembangunan Kabupaten Mandailing Natal. Jadi sangat wajar jika beliau berharap agar bupati mendatang adalah sosok yang bisa melanjutkan apa yang telah dirintisnya, apa yang telah diletakkan fondasinya, dan apa yang telah dihasilkannya.
Beliau tentunya berharap jangan sampai semua yang telah dilakukannya menjadi sirna, lenyap, dan hapus karena penerusnya merancang program kerjanya dengan mengabaikan apa yang sudah dihasilkan oleh Amru Daulay selama ini, apakah karena penerusnya tersebut sekadar ingin tampil beda atau penerusnya nanti memiliki visi yang bertentangan dengan visi, misi, dan program yang telah dijalankan selama ini.
Terlepas dari alasan kepala daerah berikutnya untuk mengabaikan apa yang dicapai oleh bupati selama ini dalam membuat program pembangunannya, namun yang pasti ketidakberlanjutan program antara apa yang telah dihasilkan sekarang dengan apa yang akan diprogramkan oleh pimpinan berikutnya, akan mengganggu keberlangsungan pembangunan di Mandailing Natal sekarang ini yang diyakini oleh Pak Amru sendiri maupun oleh sebagian besar pejabat dan masyarakat Mandailing Natal, telah berada pada track yang benar.
Kekhawatiran Pak Amru terhadap tidak berkelanjutannya pembangunan di Mandailing, saya kira tidak hanya terkait kepentingannya yang seolah-olah akan menghilangkan hasil karyanya, tetapi menyangkut kepentingan yang lebih luas, yaitu kepentingan rakyat dan masyarakat Mandailing Natal secara keseluruhan, yaitu terhambatnya pembangunan yang sudah dan sedang berlangsung sekarang ini.
Oleh karena itu, saya kira Pak Amru sangat berkepentingan dengan figur, sosok, dan kepribadian penggantinya dan berharap agar penggantinya adalah orang yang sejalan dengan beliau dan mampu melanjutkan apa yang telah beliau rintis atau setidaknya bisa menempatkan program dan keberhasilan beliau selama ini sebagai dasar penyusunan programnya kelak, sehingga sangat wajar jika beliau berharap bahwa pemimpin Madina berikutnya adalah orang yang dikenal oleh beliau, mengenal beliau, dan tahu betul apa serta bagaimana beliau selama ini menjalankan pemerintahan dan pembangunan Mandailing Natal.
Kegalauan hati Pak Amru tentang keberlangsungan pembangunan Mandailing Natal sering saya amati dari pembicaraan beliau, walau tidak pernah diucapkannya secara eksplisit, namun kekhawatiran itu sering saya tangkap dari ucapan beliau baik secara langsung saat bicara dengan saya, maupun secara tidak langsung ketika berbicara dengan orang lain yang kebetulan saya ada pada saat itu.
Namun karena berdasarkan peraturan dan hukum yang berlaku, bupati tentunya tidak memiliki hak untuk memilih dan menentukan siapa yang menjadi penggantinya. Oleh karena itu, sangat wajar jika seorang Amru Daulay menjadi harap-harap cemas menanti siapa kelak yang menjadi penerusnya.
Terlepas dari apa yang dirasakan oleh seorang Amru Daulay, memang apa yang telah dirintis dan dilakukan oleh beliau tidak bisa diabaikan dan terlalu besar untuk dihilangkan oleh pimpinan berikutnya, siapa pun dia. Selama sebelas tahun lebih beliau memimpin Mandailing Natal, banyak sekali ide, gagasan, program, dan hasil pembangunan riel yang harus dilanjutkan oleh bupati berikutnya.
Ada dua di antara sekian banyak programnya yang menurut saya sangat mendasar dan sejalan dengan budaya dan karakter masyarakat Mandailing Natal, yaitu pendidikan dan agama. Sejak jaman dahulu, ada dua perintah yang umum disampaikan oleh orang tua terhadap anaknya di Mandailing Natal, yaitu “kehe tu sikola” dan “kehe mangaji” yang mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan dan agama bagi masyarakat Mandailing Natal dan dua hal tersebut menjadi perhatian penting bagi seorang Amru Daulay.
Khusus masalah pendidikan menjadi penting juga bagi saya, karena persoalan pendidikanlah yang mempertemukan dan belakangan mendekatkan saya dengan beliau. Saya merasakan bahwa kedekatan saya dengan beliau dimulai dari perjalanan saya dengan beliau dari Panyabungan ke Kotanopan untuk acara penyerahan pengelolaan kelas unggulan dari Badan Musyawarah Cendekiawan Mandailing Natal (BMCMN) kepada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal.
Penyerahan ini dilakukan karena kelas unggulan yang kami rintis dan kelola tidak sanggup lagi kami lanjutkan karena ketidakmampuan pembiayaannya dan saya meminta kepada beliau untuk mengambil alih pengelolaannya yang belakangan kelas unggulan tersebut menjadi cikal bakal berdirinya SMA Negeri Plus Mandailing Natal.
Saat itu, dalam perbincangan di perjalanan dari Panyabungan ke Kotanopan, beliau banyak sekali memaparkan kepada saya tentang mimpi dan cita-cita beliau mengenai pendidikan di Mandailing Natal, dimulai dari dari cita-cita mewujudkan juara olimpiade sains dari Mandailing Natal, rencana mewujudkan sekolah-sekolah unggulan mulai dari SD sampai ke sekolah lanjutan, pembangunan perguruan tinggi politeknik, sampai kepada peningkatan kualitas pelayanan pendidikan serta mutu pendidikan secara keseluruhan.
Dengan pendirian sekolah-sekolah unggulan tersebut diharapkan selain untuk jangka panjang sebagai uji coba untuk diterapkan secara bertahap kepada sekolah-sekolah lainnya, untuk jangka pendek diharapkan akan dapat memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik kepada para siswa yang mempunyai bakat, kemampuan, kemauan, dan kesungguhan dalam menuntut ilmu.
Selain itu, diharapkan berdirinya sekolah unggulan tersebut akan memicu dan memacu persaingan yang sehat dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan pendidikan di Mandailing Natal. Demikian juga dengan gagasan untuk melahirkan juara Olimpiade dan kerjasama dengan Tim Olimpiade Nasional, diharapkan akan berdampak positif terhadap semangat, gairah, motivasi, dan minat pelajar di Mandailing Natal dalam pengembangan sains dan teknologi, sekaligus sebagai kampanye yang efektif kepada orang tua murid untuk mendukung anak-anaknya menekuni dunia ilmu pengetahuan.
Apa yang disampaikan beliau kepada saya saat pertama sekali kami berbincang berdua, sekarang sudah banyak direalisasi. SMA Plus sudah berdiri dan dengan segala keterbatasan yang ada sudah mulai menunjukkan hasilnya dan saat ini pembangunan gedung untuk sekolah ini sedang dalam tahap penyelesaian di Panyabungan.
Saya tahu persis bagaimana upaya dan perjuangan beliau mendapatkan dana untuk pembangunan gedung tersebut yang jika selesai nantinya bisa menjadi kebangganaan masyarakat di sini. Saya juga tahu persis bagaimana usaha seorang Amru Daulay berhadapan dengan beberapa orang anggota DPRD dan masyarakat yang sempat berkomentar miring terhadap SMA Plus tersebut.
Jika SMA Plus sudah berjalan, sementara SLTP Plus dan SD Plus menurut beliau bisa beliau selesaikan sebelum masa jabatan beliau selesai. Untuk perguruan tinggi, pernah beliau menugaskan saya untuk menjajaki pembukaannya, namun karena besarnya biaya yang dibutuhkan, gagasan bagus ini terpaksa terhenti yang boleh jadi mungkin dibenak beliau gagasan ini bisa diwujudkan oleh penerusnya. Sebetulnya gagasan perguruan tinggi yang beliau inginkan bukanlah seperti PTS di daerah pada umumnya untuk tempat karyawan yang belum sarjana untuk mendapatkan gelar kesarjaaannya, tetapi menjadi pusat pelayanan pendidikan tinggi di wilayah Sumut bagian selatan yang mampu memberikan layanan pendidikan bermutu sekaligus untuk menyediakan sumber daya manusia dan melakukan kajian untuk pengembangan wilayah ini sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang ada.
Hal yang sering menjadi pemikiran beliau di bidang pendidikan sebagaimana sering saya dengar dari perbincangan dengan beliau adalah meningkatkan akses anak-anak Mandailing Natal masuk ke perguruan tinggi berkualitas, baik persoalan kompetensi lulusan maunpun pembiayaan.
Untuk kompetensi lulusan, tentunya otomatis akan teratasi dengan upaya peningkatan proses pembelajaran, sedangkan mengenai pembiayaan yang selama ini menjadi kendala besar bagi sebagian besar masyarakat Mandailing Natal untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke perguruan tinggi, beliau berkali-kali mengatakan kepada saya agar kiranya ada yayasan yang menghimpun dana dan membiayai anak-anak Mandailing Natal yang berprestasi tetapi tidak mampu secara ekonomi.
Kepedulian Pak Amru terhadap pendidikan juga terkait dengaan program Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dalam penuntasan wajib belajar dan pemberantasan buta huruf yang ditandai dengan penghargaan yang beliau terima berupa Anugerah Aksara dalam rangka Hari Aksara Nasional untuk tahun 2006.
Keseriusan Pak Amru terhadap pendidikan terlihat juga dari upaya membangun kompleks pendidikan yang mungkin dimaksudkan sebagai simbol pentingnya pendidikan bagi masyarakat Mandailing Natal, membuat lebih fokus penanganan bidang pendidikan, dan memudahkan pengadaan fasilitas pendidikan serta penunjang pendidikan yang bisa digunakan bersama.
Sebetulnya ada satu lagi yang menurut saya menguatkan kegalauan beliau tentang pendidikan di Mandailing Natal, beliau sangat berharap adanya kepedulian dan peran serta kawan-kawan “di perantauan” terutama para cendikiawan dan akademisi khususnya yang berasal dari Mandailing Natal.
Beliau berharap ada yang diberikan untuk pendidikan di Mandailing Natal, baik gagasan, fasilitas, pemikiran, materi, maupun tindakan riel. Tentang kehadiran saya dalam membantu beliau untuk mengembangkan pendidikan di Mandailing Natal, beliau sampai-sampai merasa perlu membujuk saya agar saya bersedia, yang akhirnya saya terima dengan catatan aktivitas saya sebagai dosen tidak terganggu. Atas kesediaan saya, beliau berkali-kali mengatakan kepada saya agar kiranya ada akademisi lain juga berkenan datang dan berbuat untuk daerah ini.
Sedangkan perhatian Amru Daulay terhadap agama antara lain ditunjukkan dengan kedekatannya dengan ulama dan pesantren, keluarnya perda tentang kewajiban memakai busana muslimah dan kewajiban bisa membaca Al Qur’an, pembinaan terhadap para hafiz dan hafizah, bantuan naik haji untuk para ulama, pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Madina (STAIM), dan pembangunan masjid agung.
Pembangunan Masjid Agung yang diharapkan akan selesai sebelum berakhirnya masa kepemimpinan beliau, selain untuk tempat beribadah bagi masyarakat Mandailing Natal dan masyarakat yang sedang dalam perjalanan karena letaknya berada di pinggir jalan utama menuju Sumatera Barat.
Masjid tersebut diharapkan akan menjadi pusat kegiatan dan pengajian keislaman serta menjadi simbol dan pertanda bahwa masyarakat Mandailing Natal adalah masyarakat yang islami. Begitu juga dengan pendirian STAIM yang tentunya diharapkan akan muncul sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam yang akan memberi kontribusi untuk mempertahankan Mandailing Natal sebagai daerah yang sangat kental dengan keislaman dan keagamaan termasuk dalam kehidupan sehari-hari.
Dari apa yang diutarakan di atas, terlihat sekali bahwa Amru telah membangun fondasi dalam hal pembanguan pendidikan dan keagamaan baik berupa simbol, bangunan fisik, peraturan, maupun fondasi substansial yang tentu sangat ingin hal tersebut dilanjutkan oleh penerusnya berupa program-program konkrit.
Beliau khawatir bagaimana kelanjutan sekolah-sekolah yang beliau rintis, beliau cemas bagaimana kelanjutan Masjid Agung yang dibangun dengan biaya besar yang telah susah payah beliau dapatkan, beliau resah apakah mungkin ditingkatkan akses ke perguruan tinggi bagi anak-anak Mandailing Natal, beliau galau apakah STAIM akan tetap bertahan dan apakah pembentukan perguruan tinggi bisa direalisasi oleh penerus beliau. Beliau juga mengkhawatirkan bagaimana keberlanjutan dan implementasi tentang perda syariat Islam yang sudah ada dan bagaimana keberlanjutannya. Kesemuanya hanya akan berlanjut jika pimpinan berikutnya memiliki visi dan misi yang sejalan dengan visi dan misi beliau.
Sebetulnya program yang mendasar yang perlu ditindaklanjuti bupati berikutnya bukan hanya persoalan pendidikan dan keagamaan, masih ada lagi beberapa yang signifikan yang perlu dilanjutkan seperti pencetakan sawah baru, Taman Nasional Batang Gadis yang merupakan satu-satunya taman nasional yang dirancang oleh pemerintah kabupaten, program koperasi untuk kebun rakyat, dan lain-lainnya.
Semuanya tentu akan menambah kegalauan seorang Amru bagaimana keberlanjutan program yang telah dimulai dan dirintis tersebut. Jadi kalau boleh memilih, beliau mungkin berkeinginan agar bisa menentukan siapa yang menjadi penerusnya, namun sebagaimana disinggung di atas, peraturan kita tidak mengatur itu, yang menentukan adalah partai politik dan rakyat sebagai pemilih.
Namun demikian, jikapun Pak Amru tidak bisa menentukan secara langsung, harapannya rakyat Mandailing Natal bisa membaca tanda-tanda tentang keinginan dan kegalauan beliau sehingga berketetapan hati memilih sosok yang sesuai dengan yang diinginkan dan diharapkan beliau.
Sekarang sudah banyak yang mempublikasikan diri sebagai calon pengganti beliau, yang manakah yang bersedia sebagai penerus keberlangsungan program beliau, mari kita amati dan cermati dengan seksama, apakah mereka yang akan membuat Madina bangkit, yang berjanji melanjutkan pembangunan di Madina, yang akan membuat “aman” Madina dengan berdinar-dinar, atau merasa perlu membuat bersama maju untu perubahan di Madina. Homu do na umboto !!! ***** ( Zulkarnain Lubis : Penulis adalah Guru Besar Ekonomi Koperasi di UMA dan Kepala SMA Plus Mandailing Natal )
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6841:kegalauan-hati-amru-daulay&catid=41:opini&Itemid=118
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar